Mungkin kata-kata in yang coock dengan keadanku saat ini
“tahu tidak kenapa tuhan menciptakan kita dua telinga dan satu mulut?
Tuhan menciptakan kita dua telingga agar kita lebih banyak mendengar dan mengapa satu mulut agar kita lebih sedikit berbicara”
Itulah ucapan dosen ku dikampus.
Kali ini mungkin ucapan itu yang tepat untuk bundaku.
Yapppp tadi kami beretengkar, bunda sama sekali tidak pernah mendengar aku, aku belum selesai bicara bunda sudah marah, bukan marah biasa tapi kali ini dia begitu marah sampai- sampai aku dibentak.sakit rasanya,ketika aku harus melawan bunda karena aku sudah tidak sabar lagi bunda tak pernah mau mendengar pendepat aku dimata bunda aku hanya anak kecil saja tak pernah dewwasa dimata dia.
Masalahnya sepele, rahman dan rani.
Minggu pagi di Pekanbaru pukul 8.30 bunda menjerti dari bawah kamarku
“bangun udah siang tidur aja kerjaan, nyuci sana banyak cucian betulin rumah bunda mau pergi belanja si rahman ikut si rani ekskul”
“besok kan bisa toh aku juga libur kuliah semalam udah nyuci banyak ini nyuci lagi”elakku”besok ayah dinas, g ada bajunya. Udah bangun nyuci cepat”
Brak pintu pagar lagnsung ditutup tak ada sarapan,tak ada lauk bahkan ucap salam pun tak ada “aku lapar” bathinku
Helai demi helai aku cuci pakainan kotor itu aku coba tuk menyuci dengan tenaga yang ku punya. Tuhan emang tahu hambanya lagi kelaparan, aku temukan selembar seratus ribu dari saku ayah karena kesal uang itu aku simpan “lumayan buat tambah-tambah uang jajan atau simpanan aku tuk beli printer”
Pukul 10.00 temanku dwi ngrim sms aku harus kesana buat tugas, kahirnya pukul 11.30 aku pun pergi setelah menyelesaikan tugas menyuci ku pukull 11.00 capek penat lapar, semua aku tahan. Mungkin sangkin laparnya dan orang tua ku tak juga pulang, aku coba tuk memaksa mie instan berharap caing di perutku bisa diam sejenak. Baru saja satu sendok ku makan, mereka pulang dengan belanjaan yang banyak, dan rahmana langusng minta
“kak,minta”
Mana tega aku mendengar adik aku meminta mie itu walau aku tahu aku lapar.ku berikan sepiring mie yang aku punya tuk adikku. Aku pun pergi dengan rasa lapar yang sangat.
Sorenya pukul 17.30 baru aku bisa menikmati bkaso yang aku pesan tanpa perduli orang disamping aku,aku makan dengan lahapnya.
Pukul 18.00 aku disuruh pulang katanay bunda mau pergi kepesta. Aku bagaikan robot hari itu yang remotenya di pegang oleh mereka. Padahal aku masih harus mnecari koran tuk rani yang disuruh tugasnya, tanpa perduli lagi aku kebut motor ku tak perduli apa yang terjadi nantinya yang jelas aku sampai rumah dan adikku tak sendiri.
Pukul 19.00 aku sampai dan kulihat betapa banyaknya setrikaan, aku tahu jika bunda yang menyetrika pasti ia capek. Malam itu ku percepat mandiku, lalu dengan letih dan capek pikiran karena tugas ku paksa badan ini tuk membantu bunda,”hampir siap yang satu bagian” bahtinku. lalu bunda dengan muka yang super jutek aku tak berni bertanya aku takut.
Malamnya semua penghuni rumah telah terlelap aku tahu bunda yang bergantian menyetrika dengan ku juga ngantuk bagaimana mungkin aku tinggalkan dan aku coba tuk tetap terjaga namun bunda mneyurhku istirahat.
Paginya aku dibangunkan dengan marah-marah, karena topi sekolah adikku hilang yang di salahkan dan yang dimarahi bukan orang lain tapi aku yang baru saja bangun tanpa tahu apa yang terjadi.aku cari seisi rumah dan aku inta dimana kau simpan namun mengpa tak jumpa” ada apa dengan mataku”
Selesai mengantar adikku bund a langsung menyindir seraya memarahiku “tidur aja kerjamu banyak kerjaan orang tidur aja, orang dari tadi malam kerja dia asik tidur aja”
“yang tidur siapa? Semalam kan ku tanya ada lagi bun? “ jawabnya kan “tiddak” lalu mengapa aku yang dimarahin” bathinku berbisik
Ku coba tuk sabar, lalu ku kerjanakn mana yang bisa ku kerjakan dan siang nya begitu aku selesai mengerjakan semua pekerjaan rumah ku dan berniat mengnatar bekla adik ku. Ku dengar buda marah besar tak tahu pada siapa yang jelas ia marah karena bekal adikku tak jua siap semntara rani enak-enakan makan dan aku sendiri yang melanjutkan menyetrika tak buat apa-apa.Bunda memaki dengan kasar dan aku tahu marahnya dia kai ini kepadaku tanpa aku tahu dimana salahku.
Niatku aku sekelaian saja mengnantar bekal adikku sekaligus mengantar rani sekolah, namun belum selesai aku bicara bunda sudah marah besar dan bilang “melawan aaja kerjamu. Mau g kalau g mau ya udah”
“aku belum selesai ngomong udah dipotong, aku aja yang dimarahi ntah apa yang salah” jawabku
Bunda makin berang aku pun pergi dan efekny dari kejadian siang ini aku dan bunda harus siap-siap tidak bicara lagi walau aku sakit akan kejadian ini.
Bunda jika satu saat kau membaca tulisan ini pertanyaan ku hanya
“ APA SALAHKU?”
“KURANG BERBAKTIKAH AKU PADAMU?AKU ANAKMU BUN BUKAN BABUMU !!!!””
“MAAFKAN AKU L”